Pages

Kamis, 18 Oktober 2012

IMPLANT / SUSUK


PENGERTIAN
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
(Manuaba, 2000)
Alat kontrasepsi bawah kulit adalah alat kontrasepsi pembentuk kapsul silatik berisi hormon progesteron (progesteron sintetik) yang ditanamkan dibawah kulit
(Manuaba, 2000)
MACAM – MACAM IMPLANT
Macam – macam implan ada 3 :
1. Non Biodegrable Implan
a. Implant 6 kapsul, berisi hormon levonargestrel daya kerja 5 tahun
b. Norplant 2 kapsul, berisi hormon levonagestel daya kerja 3 tahun
c. Norplant 1 kapsul, berisi hormon ST – 1435, daya kerja 2 tahun
d. Norplant 1 kapsul 1 batang berisi hormon 3 ketodesogastrel, daya kerja 2,5 – 4 tahun
Saat ini diuji coba di Indonesia, implant 1 kapsul dengan panjang 4 cm, diamater luar 2 mm, terdiri dari suatu intraeva (ethylinevinil acetate) berisi 60 mg 3 ketodesogestrel yang dikelilingi suatu membran eva berdaya kerja 2 – 3 tahun
2. Biodegradable
Yang sedang diuji saat ini :
a. Copronor PP
Suatu kapsul polymer berisi hormon levronorgastel dengan daya kerja 18 bulan
3. Yang Paling Sering Dipakai
a. Norplant
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Terdiri dari 6 kapsul silastik (karet silicone) yang berisi dengan hormon levonorgestrel dan uung – ujung kapsul ditutup dengan silastik adhesive
3) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan 5 tahun
4) Saat ini norplan yang paling banyak dipakai
b. Implanon
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Terdiri dari 2 batang silatik yang padat panjang tiap batang 40 mm, diameter 2,4 mm
3) Masing – masing batang diisi dengan 68 mg 3 ketodesogastrel di 2 matriks batang
4) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun
c. Jadena dan indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgastrel dengan lama kerja 3 tahun
CARA KERJA IMPLANT
Pada kapsul implant yang mengandung levonorgastrel melalui membran dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam ssetelah insersi kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi
Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 – 85 minggu pada tahun pertama, kemudian menurun sampai 30 – 35 minggu perhari untuk 5 tahun berikutnya. Seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progestin saja implan tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara
1. Mencegah ovulasi
2. Perubahan lendir serviks menjadi kental sedikit, sehingga menghambat pergerakan spermatozoa
3. Menghambat perkembangan siklus dari endometrium
4. Mengurangi transportasi sperma
KEUNTUNGAN KONTRASEPSI
1. Daya guna tinggi
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5. Bebas dari pengaruh estrogen
6. Tidak mengganggu kegiatan senggama
7. Tidak mengganggu ASI
8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
KEUNTUNGAN NON KONTRASEPSI
1. Mengurangi nyeri haid
2. Mengurangi jumlah darah haid
3. Mengurangi anemia
4. Melindungi terjadinya kanker endometrium
5. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
7. Menurunkan angka kejadian endometrosis
KETERBATASAN
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan – keluhan, seperti :
1. Nyeri kepala
2. Peningkatan / penurunan berat badan
3. Nyeri payudara
4. Perasaan mual
5. Pening / pusing kepala
6. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
7. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
8. Tidak memberikan efek protektif terhadap IMS termasuk AIDS
9. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
10. Efektifitas menurun bila menggunakan obat – obatan tuberkulosis (rimpamisin) atau obat epilepsi (fenitonim)
EFEKTIFITAS
Angka kegagalan implant < 1 per 100 wanita pertahun
INDIKASI IMPLANT
1. Dalam usia reproduksi
2. Telah memiliki anak ataupun yang belum
3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5. Pacsa persalinan dan tidak menyusui
6. Pasca keguguran
7. Tidak menjanjikan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
8. Riwayat kehamilan ektopik
9. Tekanan darah < 180 / 110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell)
10. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
11. Sering lupa minum pil
KONTRA INDIKASI
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5. Myoma uteri dan kanker payudara
6. Gangguan toleransi glukosa
WAKTU MULAI MENGGUNAKAN IMPLANT
1. Setiap saat selama siklus haid ke 2 – ke 7
2. Bila saat setelah hari ke 7 siklus haid  hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus
3. Bila tidak haid, asal tidak hamil  hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus
4. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembar  hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus
5. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan nonplant, insersi norplant dapat dilakukan setiap saat, asal saja di yakni tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya
6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant, norplant dapat diinsersikan pada saat haid ke – 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut
PERENCANAAN
1. Lakukan pendekatan pad pasien dengan komunikasi terapeutik
Rasional : Dengan mengadakan pendekatan terapeutik, ibu dapat lebih kooperatif dengan petugas kesehatan
2. Lakukan pemeriksaan kondisi fisik klien
Rasional : Dengan pemeriksaan kondisi fisik secara menyeluruh akan mempermudah petugas kesehatan untuk mengambil keputusan apakah kondisi fisik klien cocok dan sesuai dengan metode KB yang di inginkan Klien
3. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan
Rasional : Dengan menjelaskan kepada klien. Klien dapat mengerti tentang kondisinya
4. Berikan HE tentang indikasi dan efek samping penggunaan KB implant
Rasional : Dengan memberikan HE dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman klien
5. Berikan HE tentang keuntungan dan kerugian pemakaian implant
Rasional : Dengan memberikan HE dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman klien
6. Berikan ibu lembar persetujuan tindakan medis (informed cosent)
Rasional : Dengan memberikan informed consent pada klien akan membentuk rasa kepercayaan antara klien dan petugas (tanggung jawab dan tanggung gugat)
7. Lakukan pemasangan KB sinomplant pada klien
Rasional : Dengan melakukan pemasangan KB implanon yang sesuai dengan standart dan prosedur yang berlaku akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pada klien
8. Berikan HE tentang cara perawatan pasca pemasangan implanon yang dilakukan secara mandiri pada klien
Rasional : Dengan HE akan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pada klien

Screening HPV


Tips Pencegahan Kanker


Beberapa kanker sebenarnya bisa dicegah dengan peningkatan pengetahuan mengenai hal ini baik oleh dokter maupun masyarakat awam. Kita bisa mencontoh, upaya menyehatkan masyarakat yang dicanangkan oleh Amerika Serikat. Pada tahun 2010, masyarakat Amerika Serikat menargetkan untuk menurunkan angka penderita kanker sekitar 1/3 melalui upaya-upaya pencegahan, seperti:
a. Kebiasaan makan makanan yang sehat
Sudah sering diinformasikan bahwa buah-buahan, sayuran dan diet rendah lemak bisa mencegah timbulnya kanker hingga 20%.
b. Aktivitas olahraga
Jalan cepat minimal 30 menit perhari dengan frekuensi 3 – 5 hari per minggu, bisa mencegah teijadinya banyak penyakit, antara lain penyakit kanker.
c. Konsumsi alkohol
Untuk mereka yang gemar minum alkohol dan turunannya, harap memperhatikan batas toleransinya. Penyebabnya, konsumsi alkohol yang tinggi bisa meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker saluran cerna.
d. Merokok
Rokok merupakan penyebab 1 / 3 kanker yang terjadi. Rokok selain menyebabkan kanker paru, bisa juga me-nyebabkan kanker jenis lain, seperti kanker payudara dan kanker leher rahim. Selengkapnya baca Bab 2 hingga Bab 4 dalam buku ini yang menjelaskan mengenai kedua kanker tersebut.
e. Vitamin E
Konsumsi vitamin E, sebaiknya diikuti dengan kon-sumsi vitamin C dan vitamin A serta beberapa mineral antioksidan. Selengkapnya baca Bab 9 yang menjelaskan mengenai Jejaring Antioksidan.
f. Sunat/ sirkumsisi
Wanita yang melakukan hubungan seksual dengan pria yang belum disunat mempunyai risiko yang tinggi terhadap kanker serviks.
g. Deteksi dini.
Selain dicetuskan oleh zat-zat karsinogenik (yang menyebabkan kanker), ada juga kanker yang terjadi secara turun temurun atau genetik. Misalnya, kanker payudara, ovarium, dan usus. Oleh sebab itu bagi mereka yang mempunyai saudara/ kerabat yang menderita jenis kanker yang disebutkan di atas, haruslah aktif memeriksakan din (deteksi dini), agar bisa mengetahui secara cepat apakah dirinya mendapat penyakit yang sama. Anjuran yang sama juga diberikan pada mereka yang sering berganti-ganti pasangan (atau mempunyai pasangan yang melakukan hal itu), perokok, dan kegiatan berisiko meningkatkan angka kejadian kanker lainnya.
h. Hormonal
Salah satu faktor yang bisa mempermudah terjadinya kanker payudara adalah lamanya wanita terpapar dengan hormon estrogen. Artinya makin lama usia masa produktif (usia dimana seorang wanita masih menga-lami menstruasi) risikonya lebih tinggi dibandingkan mereka yang usia masa produktifnya rata-rata. Dengan kata lain, makin muda usia seorang wanita mendapat menstruasi pertama, relatif makin berisiko mengalami kanker payudara.

ASI Menurut Stadium Laktasi


Roesli (2000) membagi ASI menurut stadium laktasi menjadi tiga, yaitu :
Kolostrum (Susu Jolong)
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi.
Kolostrum ini keluar sejak hari pertama sampai ke-4/ke-7.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum yang encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matang.
Protein dalam kolostrum lebih banyak daripada ASI matang, kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dibandingkan ASI matang, dan mengandung total energi lebih rendah daripada ASI matang.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
ASI Transisi atau ASI Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14.
Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.Volume akan makin meningkat.
ASI Matang (Mature)
ASI mature yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI relatif konstan
Hormon dan Reflek yang Menghasilkan ASI
Hormon Prolaktin
Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofise bagian depan. Prolaktin akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI diproduksi.
Bila mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI (sinus lactiferus). Proses pengisapan ini akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Selanjutnya, saraf ini akan membawa pesan ke bagian depan kelenjar hipofise untuk memproduksi prolaktin.
Prolaktin kemudian akan dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara sampai pembuatan ASI. Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks pembentukan ASI atau reflek prolaktin.
Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin berasal dari kelenjar hipofise bagian belakang. Setelah ASI diproduksi, ASI akan dikeluarkan dari pabrik susu (alveolus) dan dialirkan ke gudang susu (sinus lactiferus). Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI keluar.
Oksitosin akan keluar jika ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara. Kejadian ini disebut reflek pengeluaran atau reflek okistosin (let down reflex).
Reflek oksitosin lebih rumit daripada reflek prolaktin. Pikiran, perasaan, dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi reflek ini.
Seorang ayah mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan ibu menyusui, terutama untuk menjaga agar reflek oksitosin tetap lancar

Penatalaksanaan Karsinoma Serviks


Diagnosis kanker serviks dapat tidak disadari selama kehamilan dan Kehamilan an karena perdarahan per vaginam disangka aborsi terancam atau komplikasi kehamilan lain. Kolposkopi mudah dilakukan karena zona transformasi terpajan, yang disebabkan oleh eversi fisiologis. Prognosisnya sama dengan wanita tidak hamil.
Penatalaksanaan Karsinoma Serviks
1. Rujuk wanita dengan kanker serviks ke ginekolog.
2. Panduan antisipatif: Stadium kanker serviks ditentukan melalui biopsi, sistoskopi, sigmoidoskopi, pemeriksaan sinar x dada dan rangka, pictogram IV, dan uji fungsi hati. Histerektomi dapat dianjurkan kemudian diikuti terapi adjuvan (radiasi dan/atau kemoterapi).
3. Penatalaksanaan selama kehamilan: Biopsi tetap dapat dilakukan. Kuretase endoserviks dan biopsi kerucut tidak dipilih karena dapat terjadi perdarahan, pecah ketuban, dan pelahiran kurang bulan. MRI dapat digunakan scbagai alat tertentu stadium kanker.
4. Karsinoma in situ dapat diatasi secara konservatif, dengan terapi yang dimulai 6 minggu pascapartum. Karsinoma mikroinvasif yang terdiagnosis selama kehamilan juga dapat ditangani dengan cara ini, dengan melakukan pemeriksaan kolposkopi setiap 8 minggu dan histerektomi yang dilakukan jika bayi dilahirkan melalui pelahiran sesar. Karsinoma invasif nyata lebih urgen, dan kehamilan <22-26 minggu dapat diinterupsi untuk memungkinkan terapi.

Kutil (Verruca Vulgaris): Gambaran Klinis dan Diagnosis


Pada manusia, kutil disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia (HPV, human papillomavirus). Kutil (Verruca Vulgaris) adalah papul jinak yang dapat timbul di bagian mana saja di kulit. Terdapat banyak turunan HPV. Sebagian cenderung menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang lain mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil plantar adalah kutil yang tumbuh di bagian bawah kaki yang meluas ke dalam dan bukan keluar. Kutil ditularkan melalui kontak kulit ke kulit. Kutil genital dianggap sebagai penyakit menular seksual.
Sebagian penelitian mengisyaratkan bahwa lebih dari 40% wanita muda yang menggunakan pusat kesehatan universitas untuk perawatan ginekologis mereka, mengidap kutil genital. Turunan tertentu kutil genital diketahui berkaitan dengan kanker serviks; turunan lain tidak cenderung menjadi kanker. Risiko terbentuknya kanker serviks adalah tinggi pada wanita pengidap kutil genital yang merokok. Hal ini kemungkinan besar berkaitan dengan kenyataan bahwa mukus serviks mengandung banyak toksin tembakau, yang mungkin bekerja secara sinergistis dengan HPV untuk menimbulkan kanker.
Jenis-jenis kutil
Veruka dibagi lagi berdasarkan morfologi klinis dan lokasi anatomik. Lesi tertentu secara khas disebabkan oleh tipe virus papilloma tertentu.
• Veruka vulgaris merupakan tipe veruka yang paling sering ditemukan dan paling sering terlihat pada bagian dorsum tangan. Secara makroskopis terdapat papula yang berwarna putih-kelabu hingga kuning kecokelatan, berbentuk rata hingga cembung dan berukuran 0,1 hingga 1 cm dengan permukaan seperti batu kerikil yang kasar.
• Veruka plana (kutil yang rata) biasanya timbul pada wajah atau bagian dorsum tangan. Secara makroskopis, veruka plana berupa papula yang rata, teraba halus, berwarna merah dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran veruka vulgaris.
• Veruka plantaris (telapak kaki) atau palmaris (telapak tangan) tempat sebagai lesi yang kasar dan bersisik dengan diameter 1 sampai 2 cm yang bisa menyatu; lesi ini dapat dikelirukan dengan kalus.
• Kondiloma akuminata (veruka anogenital dan venereal) ditemukan sebagai massa yang teraba lunak dan berwarna merah seperti kembang kol dengan diameter yang mencapai beberapa sentimeter.
Gambaran Klinis
• Kutil kulit dapat berbentuk datar atau bulat, besar atau kecil.
• Kutil genital memiliki gambaran seperti kembang kol. Kutil ini dapat ditemukan di ujung atau batang penis, di labium, di vagina, atau di sekitar anus.
Diagnosis
• Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik.
• Lesi terkadang dapat dibiopsi untuk penegasan histologis HPV sekaligus melakukan pemetaan lesi.
Komplikasi
• Kanker serviks pada wanita dapat dianggap sebagai komplikasi infeksi HPV yang terjadi akibat infeksi oleh turunan tertentu HPV.
• Walaupun jarang, bayi baru lahir yang terpajan kutil genital selama proses kelahirannya dapat mengidap kutil esofagus.
• Kutil genital dapat menyebabkan harga diri rendah dan perasaan bersalah serta malu pada pasien. Pasien HPV biasanya tidak mau membina hubungan baru.
Penatalaksanaan
• Kutil akan menghilang sendiri setelah sistem imun terangsang untuk mengenalinya. Hal ini biasanya terjadi setelah vaskularisasi atau perdarahan kutil.
• Iritasi kutil kulit atau plantar dengan pengolesan asam salisilat, formaldehida, podofilurn atau iritan kulit lain dapat merangsang reaksi imun terhadap kutil. Kutil sering kali muncul kembali setelah penanganan.
• Nitrogen cair, bedah beku, atau laser dapat digunakan untuk mengangkat kutil yang membandel atau tampak buruk, atau kutil di daerah genital atau esofagus.

BAYI MACROSOMIA


Gambaran Umum
Bayi-bayi besar (Makrosomia) sering dilahirkan dari ibu multi paritas dan ibu diabetes melitus (Cunnighan, 1995 : 422). Semua neonatus dengan berat 4000 gram/ lebih biasanya dianggap sebagai bayi “Makrosomia”.
Ada dua kelompok bayi yang disebut sebagai bayi berat lahir berlebih.
1. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari 3900 gram. Kondisi ini dikenal dengan “Giant Baby” dan dapat terbawa sampai tumbuh dewasa.
2. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal sekitar 2500-3800 gram tapi pada masa pertumbuhannya naik cukup banyak. Bayi seperti ini diistilahkan dengan bayi dengan berat badan diatas rata-rata.

Ada beberapa hal yang menyebabkan janin kelebihan berat badan :
1. Ibu menderita DM
Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusar baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin subur.
2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Giant baby berpeluan besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
3. Faktor genetik
Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.
4. Pengaruh kecukupan gizi
Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata.
5. Bukan kehamilan pertama
Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama.
Pengertian
- Makrosomia adalah merupakan gambaran yang khas untuk bayi ibu Diabetes Mellitus (BIDM) (Ilmu Kesehatan Anak, Ali Markum).
- Marosomia yakni berat bayi lebih dari 4000 gram (Kpeerawatan Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).
- Menurut Cunningham (1995 : 421) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
Kondisi bayi dengan berat lahir di atas rata-rata ini (Makrosomia) membutuhkan perawatan yang lebih/intensive dan harus selalu dipantau untuk menghindari risiko dikemudian hari.
Karakteristik Makrosomia
- Mempunyai wajah berubi
- Badan montok dan bengkak
- Kulit kemerahan
- Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali, kardiomegali).
- Lemak tubuh banyak
- Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata.
Etiologi
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
- Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
- Pertambahan ukuran dan berat dari hamper seluruh organ, yang memperlihatkan hipertropf dan hyperplasia seluler
- Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan berat badan
Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu diabetik kelas A, B dan C. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembanga intra uterin. Diabetes Maternal mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik.
Komplikasi
Makrosomia berisiko mengalami hepoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.
1. Hepoglikemia
Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
2. Hipokalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7 mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl. Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada BIDM beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungs kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.
3. Polestemia dan Hiperviskositas
Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.
4. Hiperbilirubinemia
Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia.
bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.
Penatalaksanaan
Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit untuk mengatasi.
1. Hipoglikemia
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :
- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix  25 mg/dl maka bayi diberi larutan glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga normal dan stabil.
- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak sakit maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil. Pada kasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa 10% sebanyak 2 – 4 ml/kg BB intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadae glukosa stabil.
2. Hipokalsemia
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat 10% sebanyak 0.2 – 0.5 ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama pemberian adalah aritmia jantung, brakikardi dan ekstravasasi cairan dan alat infuse, kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.
3. Hiperbilirubinemia
Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harys dipantau dengan teliti kalau perlu berikan terapi sinar/transfuse tukar darah.
4. Polisitemia
Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala seperti gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfuse tukar parsial dengan plasma beku segar.