Pages

Kamis, 18 Oktober 2012

IMPLANT / SUSUK


PENGERTIAN
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
(Manuaba, 2000)
Alat kontrasepsi bawah kulit adalah alat kontrasepsi pembentuk kapsul silatik berisi hormon progesteron (progesteron sintetik) yang ditanamkan dibawah kulit
(Manuaba, 2000)
MACAM – MACAM IMPLANT
Macam – macam implan ada 3 :
1. Non Biodegrable Implan
a. Implant 6 kapsul, berisi hormon levonargestrel daya kerja 5 tahun
b. Norplant 2 kapsul, berisi hormon levonagestel daya kerja 3 tahun
c. Norplant 1 kapsul, berisi hormon ST – 1435, daya kerja 2 tahun
d. Norplant 1 kapsul 1 batang berisi hormon 3 ketodesogastrel, daya kerja 2,5 – 4 tahun
Saat ini diuji coba di Indonesia, implant 1 kapsul dengan panjang 4 cm, diamater luar 2 mm, terdiri dari suatu intraeva (ethylinevinil acetate) berisi 60 mg 3 ketodesogestrel yang dikelilingi suatu membran eva berdaya kerja 2 – 3 tahun
2. Biodegradable
Yang sedang diuji saat ini :
a. Copronor PP
Suatu kapsul polymer berisi hormon levronorgastel dengan daya kerja 18 bulan
3. Yang Paling Sering Dipakai
a. Norplant
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Terdiri dari 6 kapsul silastik (karet silicone) yang berisi dengan hormon levonorgestrel dan uung – ujung kapsul ditutup dengan silastik adhesive
3) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan 5 tahun
4) Saat ini norplan yang paling banyak dipakai
b. Implanon
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Terdiri dari 2 batang silatik yang padat panjang tiap batang 40 mm, diameter 2,4 mm
3) Masing – masing batang diisi dengan 68 mg 3 ketodesogastrel di 2 matriks batang
4) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun
c. Jadena dan indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgastrel dengan lama kerja 3 tahun
CARA KERJA IMPLANT
Pada kapsul implant yang mengandung levonorgastrel melalui membran dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam ssetelah insersi kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi
Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 – 85 minggu pada tahun pertama, kemudian menurun sampai 30 – 35 minggu perhari untuk 5 tahun berikutnya. Seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progestin saja implan tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara
1. Mencegah ovulasi
2. Perubahan lendir serviks menjadi kental sedikit, sehingga menghambat pergerakan spermatozoa
3. Menghambat perkembangan siklus dari endometrium
4. Mengurangi transportasi sperma
KEUNTUNGAN KONTRASEPSI
1. Daya guna tinggi
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5. Bebas dari pengaruh estrogen
6. Tidak mengganggu kegiatan senggama
7. Tidak mengganggu ASI
8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
KEUNTUNGAN NON KONTRASEPSI
1. Mengurangi nyeri haid
2. Mengurangi jumlah darah haid
3. Mengurangi anemia
4. Melindungi terjadinya kanker endometrium
5. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
7. Menurunkan angka kejadian endometrosis
KETERBATASAN
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan – keluhan, seperti :
1. Nyeri kepala
2. Peningkatan / penurunan berat badan
3. Nyeri payudara
4. Perasaan mual
5. Pening / pusing kepala
6. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
7. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
8. Tidak memberikan efek protektif terhadap IMS termasuk AIDS
9. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
10. Efektifitas menurun bila menggunakan obat – obatan tuberkulosis (rimpamisin) atau obat epilepsi (fenitonim)
EFEKTIFITAS
Angka kegagalan implant < 1 per 100 wanita pertahun
INDIKASI IMPLANT
1. Dalam usia reproduksi
2. Telah memiliki anak ataupun yang belum
3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5. Pacsa persalinan dan tidak menyusui
6. Pasca keguguran
7. Tidak menjanjikan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
8. Riwayat kehamilan ektopik
9. Tekanan darah < 180 / 110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell)
10. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
11. Sering lupa minum pil
KONTRA INDIKASI
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5. Myoma uteri dan kanker payudara
6. Gangguan toleransi glukosa
WAKTU MULAI MENGGUNAKAN IMPLANT
1. Setiap saat selama siklus haid ke 2 – ke 7
2. Bila saat setelah hari ke 7 siklus haid  hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus
3. Bila tidak haid, asal tidak hamil  hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus
4. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembar  hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus
5. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan nonplant, insersi norplant dapat dilakukan setiap saat, asal saja di yakni tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya
6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant, norplant dapat diinsersikan pada saat haid ke – 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut
PERENCANAAN
1. Lakukan pendekatan pad pasien dengan komunikasi terapeutik
Rasional : Dengan mengadakan pendekatan terapeutik, ibu dapat lebih kooperatif dengan petugas kesehatan
2. Lakukan pemeriksaan kondisi fisik klien
Rasional : Dengan pemeriksaan kondisi fisik secara menyeluruh akan mempermudah petugas kesehatan untuk mengambil keputusan apakah kondisi fisik klien cocok dan sesuai dengan metode KB yang di inginkan Klien
3. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan
Rasional : Dengan menjelaskan kepada klien. Klien dapat mengerti tentang kondisinya
4. Berikan HE tentang indikasi dan efek samping penggunaan KB implant
Rasional : Dengan memberikan HE dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman klien
5. Berikan HE tentang keuntungan dan kerugian pemakaian implant
Rasional : Dengan memberikan HE dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman klien
6. Berikan ibu lembar persetujuan tindakan medis (informed cosent)
Rasional : Dengan memberikan informed consent pada klien akan membentuk rasa kepercayaan antara klien dan petugas (tanggung jawab dan tanggung gugat)
7. Lakukan pemasangan KB sinomplant pada klien
Rasional : Dengan melakukan pemasangan KB implanon yang sesuai dengan standart dan prosedur yang berlaku akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pada klien
8. Berikan HE tentang cara perawatan pasca pemasangan implanon yang dilakukan secara mandiri pada klien
Rasional : Dengan HE akan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pada klien

Screening HPV


Tips Pencegahan Kanker


Beberapa kanker sebenarnya bisa dicegah dengan peningkatan pengetahuan mengenai hal ini baik oleh dokter maupun masyarakat awam. Kita bisa mencontoh, upaya menyehatkan masyarakat yang dicanangkan oleh Amerika Serikat. Pada tahun 2010, masyarakat Amerika Serikat menargetkan untuk menurunkan angka penderita kanker sekitar 1/3 melalui upaya-upaya pencegahan, seperti:
a. Kebiasaan makan makanan yang sehat
Sudah sering diinformasikan bahwa buah-buahan, sayuran dan diet rendah lemak bisa mencegah timbulnya kanker hingga 20%.
b. Aktivitas olahraga
Jalan cepat minimal 30 menit perhari dengan frekuensi 3 – 5 hari per minggu, bisa mencegah teijadinya banyak penyakit, antara lain penyakit kanker.
c. Konsumsi alkohol
Untuk mereka yang gemar minum alkohol dan turunannya, harap memperhatikan batas toleransinya. Penyebabnya, konsumsi alkohol yang tinggi bisa meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker saluran cerna.
d. Merokok
Rokok merupakan penyebab 1 / 3 kanker yang terjadi. Rokok selain menyebabkan kanker paru, bisa juga me-nyebabkan kanker jenis lain, seperti kanker payudara dan kanker leher rahim. Selengkapnya baca Bab 2 hingga Bab 4 dalam buku ini yang menjelaskan mengenai kedua kanker tersebut.
e. Vitamin E
Konsumsi vitamin E, sebaiknya diikuti dengan kon-sumsi vitamin C dan vitamin A serta beberapa mineral antioksidan. Selengkapnya baca Bab 9 yang menjelaskan mengenai Jejaring Antioksidan.
f. Sunat/ sirkumsisi
Wanita yang melakukan hubungan seksual dengan pria yang belum disunat mempunyai risiko yang tinggi terhadap kanker serviks.
g. Deteksi dini.
Selain dicetuskan oleh zat-zat karsinogenik (yang menyebabkan kanker), ada juga kanker yang terjadi secara turun temurun atau genetik. Misalnya, kanker payudara, ovarium, dan usus. Oleh sebab itu bagi mereka yang mempunyai saudara/ kerabat yang menderita jenis kanker yang disebutkan di atas, haruslah aktif memeriksakan din (deteksi dini), agar bisa mengetahui secara cepat apakah dirinya mendapat penyakit yang sama. Anjuran yang sama juga diberikan pada mereka yang sering berganti-ganti pasangan (atau mempunyai pasangan yang melakukan hal itu), perokok, dan kegiatan berisiko meningkatkan angka kejadian kanker lainnya.
h. Hormonal
Salah satu faktor yang bisa mempermudah terjadinya kanker payudara adalah lamanya wanita terpapar dengan hormon estrogen. Artinya makin lama usia masa produktif (usia dimana seorang wanita masih menga-lami menstruasi) risikonya lebih tinggi dibandingkan mereka yang usia masa produktifnya rata-rata. Dengan kata lain, makin muda usia seorang wanita mendapat menstruasi pertama, relatif makin berisiko mengalami kanker payudara.

ASI Menurut Stadium Laktasi


Roesli (2000) membagi ASI menurut stadium laktasi menjadi tiga, yaitu :
Kolostrum (Susu Jolong)
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi.
Kolostrum ini keluar sejak hari pertama sampai ke-4/ke-7.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum yang encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matang.
Protein dalam kolostrum lebih banyak daripada ASI matang, kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dibandingkan ASI matang, dan mengandung total energi lebih rendah daripada ASI matang.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
ASI Transisi atau ASI Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14.
Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.Volume akan makin meningkat.
ASI Matang (Mature)
ASI mature yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI relatif konstan
Hormon dan Reflek yang Menghasilkan ASI
Hormon Prolaktin
Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofise bagian depan. Prolaktin akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI diproduksi.
Bila mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI (sinus lactiferus). Proses pengisapan ini akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Selanjutnya, saraf ini akan membawa pesan ke bagian depan kelenjar hipofise untuk memproduksi prolaktin.
Prolaktin kemudian akan dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara sampai pembuatan ASI. Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks pembentukan ASI atau reflek prolaktin.
Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin berasal dari kelenjar hipofise bagian belakang. Setelah ASI diproduksi, ASI akan dikeluarkan dari pabrik susu (alveolus) dan dialirkan ke gudang susu (sinus lactiferus). Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI keluar.
Oksitosin akan keluar jika ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara. Kejadian ini disebut reflek pengeluaran atau reflek okistosin (let down reflex).
Reflek oksitosin lebih rumit daripada reflek prolaktin. Pikiran, perasaan, dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi reflek ini.
Seorang ayah mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan ibu menyusui, terutama untuk menjaga agar reflek oksitosin tetap lancar

Penatalaksanaan Karsinoma Serviks


Diagnosis kanker serviks dapat tidak disadari selama kehamilan dan Kehamilan an karena perdarahan per vaginam disangka aborsi terancam atau komplikasi kehamilan lain. Kolposkopi mudah dilakukan karena zona transformasi terpajan, yang disebabkan oleh eversi fisiologis. Prognosisnya sama dengan wanita tidak hamil.
Penatalaksanaan Karsinoma Serviks
1. Rujuk wanita dengan kanker serviks ke ginekolog.
2. Panduan antisipatif: Stadium kanker serviks ditentukan melalui biopsi, sistoskopi, sigmoidoskopi, pemeriksaan sinar x dada dan rangka, pictogram IV, dan uji fungsi hati. Histerektomi dapat dianjurkan kemudian diikuti terapi adjuvan (radiasi dan/atau kemoterapi).
3. Penatalaksanaan selama kehamilan: Biopsi tetap dapat dilakukan. Kuretase endoserviks dan biopsi kerucut tidak dipilih karena dapat terjadi perdarahan, pecah ketuban, dan pelahiran kurang bulan. MRI dapat digunakan scbagai alat tertentu stadium kanker.
4. Karsinoma in situ dapat diatasi secara konservatif, dengan terapi yang dimulai 6 minggu pascapartum. Karsinoma mikroinvasif yang terdiagnosis selama kehamilan juga dapat ditangani dengan cara ini, dengan melakukan pemeriksaan kolposkopi setiap 8 minggu dan histerektomi yang dilakukan jika bayi dilahirkan melalui pelahiran sesar. Karsinoma invasif nyata lebih urgen, dan kehamilan <22-26 minggu dapat diinterupsi untuk memungkinkan terapi.

Kutil (Verruca Vulgaris): Gambaran Klinis dan Diagnosis


Pada manusia, kutil disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia (HPV, human papillomavirus). Kutil (Verruca Vulgaris) adalah papul jinak yang dapat timbul di bagian mana saja di kulit. Terdapat banyak turunan HPV. Sebagian cenderung menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang lain mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil plantar adalah kutil yang tumbuh di bagian bawah kaki yang meluas ke dalam dan bukan keluar. Kutil ditularkan melalui kontak kulit ke kulit. Kutil genital dianggap sebagai penyakit menular seksual.
Sebagian penelitian mengisyaratkan bahwa lebih dari 40% wanita muda yang menggunakan pusat kesehatan universitas untuk perawatan ginekologis mereka, mengidap kutil genital. Turunan tertentu kutil genital diketahui berkaitan dengan kanker serviks; turunan lain tidak cenderung menjadi kanker. Risiko terbentuknya kanker serviks adalah tinggi pada wanita pengidap kutil genital yang merokok. Hal ini kemungkinan besar berkaitan dengan kenyataan bahwa mukus serviks mengandung banyak toksin tembakau, yang mungkin bekerja secara sinergistis dengan HPV untuk menimbulkan kanker.
Jenis-jenis kutil
Veruka dibagi lagi berdasarkan morfologi klinis dan lokasi anatomik. Lesi tertentu secara khas disebabkan oleh tipe virus papilloma tertentu.
• Veruka vulgaris merupakan tipe veruka yang paling sering ditemukan dan paling sering terlihat pada bagian dorsum tangan. Secara makroskopis terdapat papula yang berwarna putih-kelabu hingga kuning kecokelatan, berbentuk rata hingga cembung dan berukuran 0,1 hingga 1 cm dengan permukaan seperti batu kerikil yang kasar.
• Veruka plana (kutil yang rata) biasanya timbul pada wajah atau bagian dorsum tangan. Secara makroskopis, veruka plana berupa papula yang rata, teraba halus, berwarna merah dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran veruka vulgaris.
• Veruka plantaris (telapak kaki) atau palmaris (telapak tangan) tempat sebagai lesi yang kasar dan bersisik dengan diameter 1 sampai 2 cm yang bisa menyatu; lesi ini dapat dikelirukan dengan kalus.
• Kondiloma akuminata (veruka anogenital dan venereal) ditemukan sebagai massa yang teraba lunak dan berwarna merah seperti kembang kol dengan diameter yang mencapai beberapa sentimeter.
Gambaran Klinis
• Kutil kulit dapat berbentuk datar atau bulat, besar atau kecil.
• Kutil genital memiliki gambaran seperti kembang kol. Kutil ini dapat ditemukan di ujung atau batang penis, di labium, di vagina, atau di sekitar anus.
Diagnosis
• Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik.
• Lesi terkadang dapat dibiopsi untuk penegasan histologis HPV sekaligus melakukan pemetaan lesi.
Komplikasi
• Kanker serviks pada wanita dapat dianggap sebagai komplikasi infeksi HPV yang terjadi akibat infeksi oleh turunan tertentu HPV.
• Walaupun jarang, bayi baru lahir yang terpajan kutil genital selama proses kelahirannya dapat mengidap kutil esofagus.
• Kutil genital dapat menyebabkan harga diri rendah dan perasaan bersalah serta malu pada pasien. Pasien HPV biasanya tidak mau membina hubungan baru.
Penatalaksanaan
• Kutil akan menghilang sendiri setelah sistem imun terangsang untuk mengenalinya. Hal ini biasanya terjadi setelah vaskularisasi atau perdarahan kutil.
• Iritasi kutil kulit atau plantar dengan pengolesan asam salisilat, formaldehida, podofilurn atau iritan kulit lain dapat merangsang reaksi imun terhadap kutil. Kutil sering kali muncul kembali setelah penanganan.
• Nitrogen cair, bedah beku, atau laser dapat digunakan untuk mengangkat kutil yang membandel atau tampak buruk, atau kutil di daerah genital atau esofagus.

BAYI MACROSOMIA


Gambaran Umum
Bayi-bayi besar (Makrosomia) sering dilahirkan dari ibu multi paritas dan ibu diabetes melitus (Cunnighan, 1995 : 422). Semua neonatus dengan berat 4000 gram/ lebih biasanya dianggap sebagai bayi “Makrosomia”.
Ada dua kelompok bayi yang disebut sebagai bayi berat lahir berlebih.
1. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari 3900 gram. Kondisi ini dikenal dengan “Giant Baby” dan dapat terbawa sampai tumbuh dewasa.
2. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal sekitar 2500-3800 gram tapi pada masa pertumbuhannya naik cukup banyak. Bayi seperti ini diistilahkan dengan bayi dengan berat badan diatas rata-rata.

Ada beberapa hal yang menyebabkan janin kelebihan berat badan :
1. Ibu menderita DM
Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusar baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin subur.
2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Giant baby berpeluan besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
3. Faktor genetik
Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.
4. Pengaruh kecukupan gizi
Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata.
5. Bukan kehamilan pertama
Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama.
Pengertian
- Makrosomia adalah merupakan gambaran yang khas untuk bayi ibu Diabetes Mellitus (BIDM) (Ilmu Kesehatan Anak, Ali Markum).
- Marosomia yakni berat bayi lebih dari 4000 gram (Kpeerawatan Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).
- Menurut Cunningham (1995 : 421) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
Kondisi bayi dengan berat lahir di atas rata-rata ini (Makrosomia) membutuhkan perawatan yang lebih/intensive dan harus selalu dipantau untuk menghindari risiko dikemudian hari.
Karakteristik Makrosomia
- Mempunyai wajah berubi
- Badan montok dan bengkak
- Kulit kemerahan
- Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali, kardiomegali).
- Lemak tubuh banyak
- Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata.
Etiologi
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
- Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
- Pertambahan ukuran dan berat dari hamper seluruh organ, yang memperlihatkan hipertropf dan hyperplasia seluler
- Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan berat badan
Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu diabetik kelas A, B dan C. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembanga intra uterin. Diabetes Maternal mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik.
Komplikasi
Makrosomia berisiko mengalami hepoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.
1. Hepoglikemia
Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
2. Hipokalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7 mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl. Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada BIDM beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungs kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.
3. Polestemia dan Hiperviskositas
Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.
4. Hiperbilirubinemia
Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia.
bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.
Penatalaksanaan
Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit untuk mengatasi.
1. Hipoglikemia
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :
- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix  25 mg/dl maka bayi diberi larutan glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga normal dan stabil.
- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak sakit maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil. Pada kasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa 10% sebanyak 2 – 4 ml/kg BB intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadae glukosa stabil.
2. Hipokalsemia
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat 10% sebanyak 0.2 – 0.5 ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama pemberian adalah aritmia jantung, brakikardi dan ekstravasasi cairan dan alat infuse, kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.
3. Hiperbilirubinemia
Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harys dipantau dengan teliti kalau perlu berikan terapi sinar/transfuse tukar darah.
4. Polisitemia
Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala seperti gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfuse tukar parsial dengan plasma beku segar.

4 Penyakit Mata Akibat Sinar Matahari


Berikut ini merupakan 4 penyakit pada mata yang paling sering terjadi akibat pajanan sinar matahari:
• Pinguekula dan Pterigium merupakan tonjolan submukosa konjungtiva yang timbul akibat kerusakan oleh sinar matahari (actinic damage); kedua lesi ini terjadi di daerah konjungtiva yang terpajan sinar matahari (misalnya fisura interpalpebra). Pterigium merupakan pertumbuhan mukosa konjungtiva dan jaringan ikat fibrovaskular yang berasal dari dalam limbus dan bermigrasi ke kornea. Pterigium biasanya tidak mengganggu penglihatan; tindakan reseksi dilakukan atas indikasi iritasi atau alasan kosmetik; namun, dapat terjadi keganasan yang bersifat occult. Pinguekula tidak menginvasi kornea kendati dapat mengganggu penyebaran selaput tipis air mata dan mengakibatkan dehidrasi setempat dengan terbentuknya lekukan pada permukaan kornea (dellen); keadaan ini dapat meradang akibat respon granulomatosa terhadap jaringan kolagen yang rusak oleh sinar matahari.
• Karsinoma sel skuamosa. Neoplasma cenderung terjadi pada limbus dan keadaan ini agaknya berhubungan dengan pajanan sinar matahari. Karsinoma sel skuamosa memiliki korelasi dengan human papillomavirus tipe 16 dan 18; neoplasma ini cenderung mengikuti perjalanan penyakit yang indolen. Pada hakikatnya, karsinoma mukoepidermoid merupakan tumor yang lebih agresif.
• Nevus konjungtiva sering dijumpai dan secara khas bersifat jinak; tumor ini jarang menyerang kornea atau muncul pada forniks. Inflamasi kronik dengan sel-sel eosinofil dapat terjadi pada usia remaja (inflamed juvenile nevus).
• Melanoma konjungtiva terjadi secara unilateral dan secara khas mengenai orang dengan kulit yang cerah dan berusia pertengahan. Sebagian besar tumor ini timbul melalui fase intraepitel yang disebut melanosis ahuisita primer dengan atipia: keadaan ini secara kasar dapat dianalogikan dengan melanoma in situ. Melanoma konjungtiva akan terjadi pada 50% hingga 90% lesi ini dan pertama-tama bermetastasis ke dalam kelenjar parotis atau kelenjar getah bening submandibularis dengan angka mortalitas sebesar 25%. Penanganan yang terbaik adalah melakukan ekstirpasi lesi prekursor.

Faktor Risiko Kanker Leher Rahim


Beberapa hal yang menurut penelitian bisa meningkatkan risiko seorang perempuan mengidap penyakit kanker leher rahim adalah:
a. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dart 18 tahun)
Perkembangan modern saat ini memang bisa menunda usia pernikahan, tetapi penundaan usia pernikahan ini tidak selalu berarti menunda usia permulaan beraktivitas seksual. Apalagi dengan era keterbukaan sekarang ini. Diketahui bahwa sperma yang pertama kali mengenai leher rahim mempunyai pengaruh yang besar untuk terjadinya keganasan di daerah tersebut. Namun untunglah ada kabar gembira dart RS Kanker Dharmais. Sekarang-berkat pelbagai informasi yang luas- para remaja putri sudah mulai menyadari hal ini. Mereka sudah tidak segan-segan melakukan pemeriksaan (pap’s smear) di Polildirtik RS Kanker Dharmais, meskipun belum menikah. Ini adalah hal yang baik. Tidak malu memeriksakan diri begitu merasa memiliki faktor risiko ini, meskipun belum menikah.
b. Hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
Banyak yang meyakini beberapa virus seperti Herpes virus tipe 2 atau Human Papillomavirus (HPV) merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kanker leher rahim. Risiko memperoleh virus ini (yang ditularkan via hubungan kelamin) tentu akan makin meningkat seiring dengan ‘rajin’nya seseorang berganti-ganti pasangan. Jadi yang perlu diperhatikan, jangan menganggap remeh penyakit hubungan kelamin. Memang dengan perkembangan antibiotika yang canggih saat ini, beberapa penyakit hubungan kelamin bisa segera diobati dengan tuntas, tapi tidak dengan penyakit yang disebabkan oleh virus. Selain efeknya jangka panjang, penyakit akibat virus sangat sukar disembuhkan bahkan potensial menimbulkan kanker.
Apakah ada yang bisa menjamirt pasangan Anda yang begitu macho dan simpatik, tidak memiliki atau menjadi pembawa virus ini? Apalagi, jika pasangan Anda tersebut dikenal sebagai orang yang setiap saat ini bisa berganti-ganti pasangan.
Pendapat ‘pasrah’ dan kaum perempuan seperti: “Biarlah is (suami) melakukan hubungan diluar, asalkan tidak menikah”, sebaiknya perlu juga dipikirkan kembali. Masalahnya tidak sesederhana dan sesingkat yang dikira. Suatu survai yang pernah dilakukan, memperoleh hasil bahwa jika seorang perempuan mempunyai pasangan atau mitra seksual sebanyak 6 orang atau lebih, risiko is menderita kanker leher rahim meningkat menjadi hingga lebih dari 10 kali lipat.
c. Kegiatan seksual yang cukup banyak
Rangsangan terus menerus pada leher rahim, misalnya karena frekuensi ‘hubungan yang cukup tinggi, bisa juga merupakan hal yang membahayakan. Bisa terjadi radang atau luka, termasuk yang disebabkan oleh trikomonas vaginalis dan adanya benda-benda yang merangsang leher rahim. Ini potensial menyebabkan kanker di kemudian hari.
d. Banyak anak
Pada mereka yang melahirkan lebih dari 3 kali, temyata menurut hasil riset, angka kejadian kanker leher rahimnya meningkat sebanyak 3 kali pula. Selain hubungan langsung di atas, “banyak anak” mempunyai hubungan yang tidak langsung. Saat ini bisa dikatakan bahwa banyak anak mempunyai hubungan yang positif dengan kalangan yang sosial ekonominya kurang memadai. Jadi jangankan dana untuk selalu memeriksakan kesehatan sendiri, untuk kehidupan sehari-hari (bertahan hidup) pun rasanya serba minim. Akibatnya, banyak mereka yang menderita kanker leher rahim dari kalangan ini datang dalam stadium yang sudah lanjut dan tidak bisa disembuhkan lagi.
e. Merokok
Menurut penelitian, perempuan yang merokok (termasuk passive smoker) mempunyai risiko dua kali lebih besar daripada perempuan tidak merokok. Apa sebabnya, masih dalam penelitian, namun ada anggapan yang menyebutkan bahwa zat-zat yang terkandung dalam asap rokok, seperti nikotin dan tar bisa mempengaruhi sel-sel selaput lendir (mukosa) saluran pernapasan dan jugs saluran-saluran organ lain dalam tubuh manusia termasuk mukosa leher rahim wanita. Jika sel-sel mukosa sudah terpengaruh, akan mempermudah (meningkatkan risiko) mukosa leher rahim mengalami pertumbuhan yang tidak terkontrol jika terkena rangsangan-rangsangan lainnya.
f. Lain-lain yang masih dalam penelitian
Selain kebiasaan merokok, hal-hal lain yang masih dalam penelitian adalah kebiasaan melakukan “douching” atau cuci vagina. Berha ti-hatilah terhad ap tawaran “cuci mencuci” seperti ird, jika tidak didukung dengan penelitian ilmiah. Secara evolusi, bagian sensitif dan perempuan sebenamya sudah dipersiapkan secara alamiah untuk tetap sehat. Jika ditemui permasalahan, lebih baik segera mengobati dan kemudian menjaga kesehatan/ kebersihan alat kelamin tersebut secara natural / alamiah.

Penyakit pada Sistem Reproduksi


Sejak tahun 1960-an, ada kecenderungan naiknya penyebaran penyakit kelamin menular yang disebabkan perubahan perilaku seksual. Selain itu, kelainan yang terjadi pada sistem reproduksi lainnya pun mulai terungkap seiring dengan berkembangnya pengetahuan di bidang kedokteran, seperti kasus ketidakcocokan darah dan kelainan genetis.
Penyakit pada Sistem Reproduksi
Beberapa kasus kegagalan embriogenesis di dalam kandungan sang ibu, membuat kecacatan fisik pada saat reproduksi seperti adanya kelamin ganda (hermafrodit) atau bahkan tidak mempunyai kelamin sama sekali. Pada beberapa kasus, terjadi kembar siam yang dempet pada bagian kepala, dada, atau bagian tubuh lainnya. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Kesehatan reproduksi erat kaitannya dengan perilaku seksual. Umumnya, penyakit pada sistem reproduksi bersifat menular. Infeksi ditularkan melalui hubungan seksual atau melalui pertukaran cairan tubuh secara langsung.
Penderita penyakit seksual menular pada wanita akan lebih parah akibatnya jika dibandingkan dengan pria. Hal tersebutmenyangkut saluran reproduksi bayi. Beberapa jenis penyakit menular dapat menulari bayi yang berada di dalam kandungan, baik melalui plasenta atau pada saat kontak fisik sewaktu proses kelahiran.
Efek yang tampak pada bayi antara lain bayi yang lahir dengan best badan di bawah normal, infeksi pada mata, paru-paru, dash, kerusakan jaringan otak sehingga mengakibatkan kelumpuhan, kebutaan, dan infeksi saluran dalam lainnya. Beberapa penyakit pada sistem reproduksi manusia adalah sebagai berikut.
a. Herpes
Herpes merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus herpes. Gejalanya tidak tampak secara langsung. Umumnya, ditandai dengan timbulnya bintik-bintik merah, rasa sakit ketika urinasi, clan (buang air kecil) gatal-gatal di sekitar alai kelamin. Lama-kelamaan, penyakit ini dapat membuat kelelahan pada otot dan menyerang jaringan saraf pusat..
b. Gonorrhea
Gonorrhea disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Di masyarakat, penyakit kelamin ini dikenal juga dengan nama raja singa. Bakteri penyebab gonorrhea tidak dapat hidup di luar tubuh sehingga hanya akan menular melalui kontak hubungan seksual. Penderita gonorrhea akan mengalami rasa sakit yang luar biasa pada saat buang air kecil (kencing), yaitu rasa pedih dan terbakar. Seringkali disertai dengan urine yang bernanah. Biasanya, penyakit ini tidak cepat dirasakan oleh wanita sehingga jarang sekali wanita yang mengalami keluhan terserang gonorrhea. Pada wanita, infeksi tersebut menyebabkan pembentukan selaput lendir di tuba fallopi yang mencegah pergerakan sperma menuju sel telur sehingga mengakibatkan kemandulan.
c. Sifilis
Gejala pertama pada penyakit ini adalah rasa pedih di sekitar kemaluan atau di sekitar mulut. Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui kontak cairan, seperti di daerah kelamin, mulut, anus, dan cairan payudara. Jika gejala awal tidak segera ditanggulangi, pada tahap selanjutnya, infeksi dapat menyebabkan gangguan organ lainnya, seperti hati, jantung, kelenjar getah boning dan kerusakan sistem saraf pusat.
d. HIV/AIDS
Tentu Anda sudah tidak acing lagi dengan penyakit AIDS. Banyak orang menghubungkan penyakit AIDS dengan kondisi tubuh yang menjadi kurus dan bercak-bercak merah, padahal hal tersebut belum tentu benar, penyakit AIDS hanya dapat menyebar melalui kontak cairan tubuh secara langsung, seperti transfusi darah dan hubungan seksual. AIDS akan menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga dalam waktu yang lama, penderita tidak memiliki sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita dapat terbunuh oleh infeksi penyakit ringan, seperti flu atau tifus

Selasa, 16 Oktober 2012

Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu kala I Persalinan


a. Penggunaan Partograf
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan.
Kegunaan utama dari partograf adalah :
1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama
Bagian-bagian dari partograf :
Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan yang dilakukan selama kala I persalinan termasuk :
1. Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan kepala janin
c) Kontraksi Uterus
2. Keadaan Janin
a) Djj
b) Warna dan jumlah air ketuban
c) Molase tulang kepala janin
3. Keadaan Ibu
a) Nadi, tekanan darah, suhu
b) Urin : volume dan protein
c) Obat-obatan dan cairan IV
b. Pengurangan Rasa Sakit (pain relief)
1) berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.
2) metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.
menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:
1) menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)
2) pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri
3) relaksasi dan pernafasan
4) istirahat dan privasi
5) penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
6) sentuhan
beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit
1) kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support
2) perubahan posisi dan pergerakan
3) sentuhan dan massase


4) counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament
5) pijatan ganda pada pinggul
6) penekanan pada lutut
7) kompres hangat dan kompres dingin
8) berendam
9) pengeluaran suara
10) visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)
11) musik yang lembut dan menyenangkan ibu
c. Persiapan Persalinan
1) Persiapan bagi ibu
a) Bersihkan daerah genitalia eksterna
b) Kosongkan rectum dan kandung kemih
c) Pakaian diganti dengan yang longgar
2) Persiapan alat
a) Beberapa pasang sarung tangan steril
b) Gunting tali pusat
c) Beberapa klem tali pusat dan klem lainnya
d) Benang atau plastik klem untuk tali pusat
e) Alat pengisap lendir bayi
f) Iodin
g) Alat-alat untuk penjahit luka
h) Obat-obatan dan jarum suntiknya
i) Kain kasa steril dan sebagainya
Dalam kala I pekerjaan penolong persalinan adalah mengawasi wanita in partu sebaik-baiknya dan melihat, apakah semua persiapan persalinan sudah dilakukan. Member obat atau melakukan tindakan hanya apabila ada indikasi untuk ibu maupun anak
Pada seorang primigravida aterm umumnya kepala janin sudah masuk PAP pada kehamilan 36 minggu, sedangkan pada multigravida baru pada kehamilan 38 minggu. Pada kala I, apabila kepala janin telah masuk sebagian ke dalam PAP serta ketuban belum pecah, tidak ada keberatan wanita tersebut duduk atau berjalan-jalan di sekitar kamar bersalin. Tetapi umumnya wanita tersebut lebih suka berbaring karena sakit ketika ada his. Berbaring sebaiknya ke sisi, tempat punggung janin berada. Cara ini mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam. Apabila kepala janin belum turun ke dalam pintu atas panggul, sebaiknya wanita tersebut berbaring terlentang, karena bila ketuban pecah, mungkin terjadi komplikasi-komplikasi, seperti prolaps tali pusat, prolaps tangan, dan sebagainya. Apabila his sudah sering dan ketuban sudah pecah, wanita tersebut harus berbaring.
Pemeriksaan luar untuk menentukan letak janin dan turunnya kepala hendaknya dilakukan untuk memeriksa kemajuan partus, di samping dapat dilakukan pula pemeriksaan rectal atau per vaginam. Hasil pemeriksaan per vaginam harus menyokong dan lebih merinci apa yang dihasilkan oleh pemeriksaan luar. (Wiknjosastro, 2005 : 192)
Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai :
1) Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2) Keadaan serta pembukaan serviks
3) Kapasitas panggul
4) Ada atau tidaknya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5) Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholinitis dll
6) Pecah tidaknya ketuban
7) Presentasi kepala janin
8) Turunnya kepala dalam ruang panggul
9) Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
Pada kala I wanita in partu dilarang mengedan
d. Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan keluarga
a. mengatur posisi
anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu proses turunnya bagian terendah janin). berbaring miring (memberi rasa santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung). posisi terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia janin.

b. pemberian cairan dan nutrisi
berikan ibu asupan makanan ringan dan minum aior sesering mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektik
c. eliminasi
Buang Air Kecil (BAK)
anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko infeksi serta perlukaan pada kandung kemih.
kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan:
a. memperlambat turunnya bagian terendah janin
b. menimbulkan rasa tidak nyaman
c. meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri
d. mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
e. meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan
Buang Air Besar (BAB)
anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi
tindakan klisma tidak dianjurkan dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan jumlah feses yang keluar pada kala II dan dapat meningkatkan resiko infeksi.
Mencegah Infeksi
menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. kepatuhan dalam menjalankan praktek2 pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi
anjurkan ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum persalinan. anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL)
gunakan alat2 steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan sarung tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan.
e. Tanda bahaya kala I
1) Bandle ring
2) Peningkatan tekanan darah 10-20 mmHg atau > 15 mmHg
3) Primi >8 jam
4) Multi >6 jam
5) Primi Ø 1 cm lebih dari 1 jam
6) Multi Ø 1 cm lebih dari 30 menit

Manajemen Kebidanan Kala I Persalinan


Jika seorang ibu akan bersalin datang kepada keluarga maka, seorang bidan layaknya dapat menerima ibu dan keluarganya. Seringkali seorang petugas kesehatan terburu-baru dalam memberikan asuhan kepada wanita yang akan bersalalin. Hal ini akan mengakibatkan rasa takut dan kurang percaya dari pihak pasien dan keluarga terhadap bidan, terlebih bila dihadapkan dalam kondisi kegawatan Setelah menerima ibu dan keluarga dengan baik, bidan kemudian melakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan:
1. Apakah ibu sedang dalam persalinan
2. Ibu dan bayi dalam keadaan baik
3. Apakah ada komplikasi/penyulit
Setelah itu layaknya seorang bidan melakukan diagnosis apakah ibu sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya atau belum, kemudian menentukan apakah ibu membutuhkan intervensi darurat. Kemudian bidan membuat rencana asuhan. Dari rencana asuhan yang telah ditetapkan kemudian diaplikasikan dan pada akhirnya dievaluasi untuk dinilai keberhasilan atau tidak dari asuhan yang diberikan
Pengumpulan Data
RIWAYAT KESEHATAN
1. Meninjau kartu antenatal untuk:
a. Usia kehamilan
b. Masalah/komplikasi dengan kehamilan yang sekarang
c. Riwayat kehamilan yang terdahulu
2. Menanyakan riwayat persalinan:
a. Bagaimana perasaan ibu
b. Berapa bulan kehamilan ibu sekarang?
c. Kapan ibu mulai merasakan nyeri?
d. Seberapa sering rasa nyeri terjadi? Dan berapa lama berlangsung
e. Seberapa kuat rasa nyeri tersebut?
f. Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah?
g. Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina?
h. Apakah ibu melihat adanya aliran/semburan cairan? Jika ya, kapan?
i. Bagaimana warnanya? Berapa banyak?
j. Apakah bayi bergerak?
k. Kapan terakhir ibu buang air besar? Kencing?
l. Persalinan terdahulu: berapa lama berlangsung? Berat badan bayi?
PEMERIKSAAN FISIK & BAYI
1. Melakukan pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
b. Edema/pembengkakan pada muka, jari, tangan, kaki dan pretibia tungkai bawah
c. Warna pucat pada mulut dan konjungtiva
d. Refleks-refleks
e. Abdomen: luka bekas operasi, TFU, gerakan janin, kontraksi, pemeriksaan leopold’s, penurunan kepala janin
f. DJJ
g. Genital luar: luka, cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban
h. Genital dalam: penipisan cerviks, dilatasi, penurunan kepala janin, membran/selaput ketuban
Menilai dan Membuat Diagnosa
Dari temuan pada data diatas maka bidan dapat mengambil keputusan apakah ibu sudah masuk kedalam persalinan sesungguhnya atau belum, jika sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya maka dalam kala berapa ibu sekarang
Asesmen pada persalinan sesungguhnya:
Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup
Bagaimana cara membedakan persalinan sesungguhnya dengan persalinan semu?

PERSALINAN SESUNGGUHNYA
a. Serviks menipis dan membuka
b. Rasa nyeri dengan interval yang teratur
c. interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d. Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
e. Rasa nyeri bagian belakang dan menyebar ke bagian depan
f. Berjalan menambah intensitas
g. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri
h. Lendir darah sering tampak
i. Ada penurunan bagian terendah janin
j. Bagian terendah janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
k. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan yang sesungguhnya


PERSALINAN SEMU
a. Tidak ada perubahan pada cerviks
b. Rasa nyeri tidak teratur
c. tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain
d. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
e. Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
f. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
g. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
h. Tidak ada lendir darah
i. Tidak ada kemajuan penurunan
j. Bagian terendah belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
k. Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu

Membuat Rencana Asuhan
Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi agar dapat:
a. Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam kemajuan yang normal
b. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
c. Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran
d. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam menentukan asuhan
e. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinan dini
f. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien)

Asesmen yang wajib/harus dimasukkan dalam rencana tindakan:
1. Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf
2. Pemantauan terus-menerus TTV ibu
3. Pemantauan terus menerus keadaan bayi
4. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu
5. Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
6. Menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman
7. Menganjurkan keluarga memberi dukungan

Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering
Parameter

Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Temperatur/suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi uterus Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Perubahan cerviks Setiap 4 jam Setiap 2-4 jam
Penurunan bagian Setiap 4 jam Setiap 2-4 jam
terendah janin
Urine Setiap 2 jam Setiap 2 jam

Segera setelah selaput ketuban robek, bidan harus mendengarkan DJJ dan melakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa kemungkinan tali pusat menumbung

Perubahan Fisiologis dan psikologis pada kala I


Beberapa perubahan yang terjadi pada masa persalinan, yaitu:
- Tekanan Darah
TD meningkat, sistolik rata-rata naik 10-20mmHg, diastolik 5-10mmHg, antara kontraksi TD normal. rasa sakit, cemas, dapat meningkatkan tekanan darah
- Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan oleh kecemasan dan aktivitas otot skeletal. peningkatan ini ditandai adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yanghilang.
- Suhu tubuh
suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5-1C) karena peningkatan metabolisme terutama selama dan segera setelah persalinan.
- Detak Jantung
Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan.
- Pernafasan
Terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan peningkatan metabolisme. hipeventilasi yang lama dapat menyebabkan alkalosis.
- Perubahan pada ginjal
poliuri(jumlah urin lebih dari normal) sering terjadi selama persalinan, disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal. proteinuria dianggap gejala normal selama persalinan
- Perubahan Gastro Intastinal
motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang banyak selama persalian. pengeluaramn getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi lambat. cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. mual dan muntah sering terjadi sampai akhir kala I.
- PerubahanHematologi
hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100ml selama persalianan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali pada perdarahan postpartum

Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:
- pengalaman sebelumnya
- persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
- lingkungan
- mekanisme koping
- sikap terhadap kehamilan

kecemasan menghadapi persalinan intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik2 relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus

kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent

kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif) intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung

Minggu, 14 Oktober 2012

Kebutuhan Dasar Pada Ibu dalam Proses Persalinan


Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada ibu primipara. Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan.
Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping persalinan yang dapat diandalkan serta mampu memeberikan dukungan, bimbingan dan pertolongan persalinan.
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan memantu wanita yang sedang dalam persalinan.
Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien (suami, keluarga, teman, perawat, bidan maupun dokter).
Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat sejak dalam kelas-kelas antenatal. Mereka dapat membuat laporan tentang kemajuan ibu dan secara terus menerus memonitor kemajuan persalinan.
1. Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran:
2. Selama bersama pasien, bidan harus konsentrasi penuh untuk mendengarkan dan melakukan observasi.
3. Membuat kontak fisik : mencuci muka pasien, menggosok punggung dan memegang tangan pasien dll.
4. Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien).
Ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan menurut Lesser & Keane ialah:
• Asuhan fisik dan psikologis
• Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus
• Pengurangan rasa sakit
• Penerimaaan atas sikap dan perilakunya
• Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu dalam Masa Persalinan


A. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998: 157).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar, 1998:91)

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. ( Sarwono, 2005 : 181 )
B. Bentuk Persalinan
1. Persalinan spontan, bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.
2. Persalinan buatan, bila persalinan denagn rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.
3. Persalinan anjuran
yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena tidak memerlukan bantuan apapun dan mempunyai trauma persalinan yang paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat terjamin. (Manuaba, 2002 :138)
C. Beberapa Istilah yang Ada Hubungannya dengan Partus
1. Menurut cara Persalinan
a. Partus biasa ( normal )disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Partus luar biasa ( abnormal ) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea

2. Menurut tua ( umur ) kehamilan :
a. Abortus ( keguguran )adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup ( viable )- berat janin di bawah 1000gr- tua kehamilan di bawah 28 minggu.
b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-38 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur berat janin antara 1000-2500gr.
c. Partus maturus atau aterm ( cukup bulan ) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur berat badan diatas 2500gr.
d. Partus post maturus ( serotinus ) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang di taksir, janin disebut post matur.
e. Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, di atas becak dan sebagainya.
f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

Pembagian menurut buku lama adalah :
a. Abortus ialah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasentasi selesai.
b. Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat janin kurang dari 1000gr atau kehmailan di bawah 28 minggu.

3. Gravida dan para
a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
b. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
c. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya.
d. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
e. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya.
f. Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali( sampai 5 kali ).
g. Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati.
( Mochtar, 1998 : 91-92 )
D. Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor hormonal, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
1. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
2. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
3. Teori iritasi nekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan di tekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
4. Induksi partus ( Induction of labour ), partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :

a) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
b) Amniotomi : pemecahan ketuban
c) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus. ( Mochtar, 1998 : 93 )
E. Terjadinya permulaan persalinan
Dengan turunnya hormon progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan :
1. Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke -36 dapat menimbulkan sesak bagian bawah, di atas simpisis pubis dan sering ingin kencing karena kandung kemih tertekan kepala.
2. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.
3. Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus frankenhuser yang terletak sekitar serviks ( tanda persalinan palsu-false labour
4. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan.
5. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.
( Manuaba, 1998 : 160 )
F. Tahapan Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm
Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam
1. Kala I ( Kala Pembukaan )
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka
Kala pembukaan dibagi 2 fase, yaitu :
a. Fase laten : di mana pembukaan serviks berlangsung lambat ; sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
2) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap
Dalam buku-buku, proses membukanya serviks disebut dengan berbagai istilah : melembek (softening), menipis (thinned out), oblitrasi (obliterated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced and taken up) dan membuka (dilatation)
Fase-fase yang dikemukakan di atas dijumpai pada primigravida. Bedanya dengan multigravida ialah :
Primi Multi
Serviks mendatar (effacement) Mendatar dan membuka
Dulu baru dilatasi bisa bersamaan
Berlangsung 13-14 jam berlangsung 6-7 jam

2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karenan tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam

3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dana akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruhb proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc

4. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
G. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.
H. Tanda-tanda persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
a. Pengeluaran lendir
b. Lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
a. Perlunakan serviks
b. Pendataran serviks
c. Terjadi pembukaan serviks

Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah :
1. Power
a. His ( kontraksi rahim )
b. Kontraksi otot dinding rahim
1) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
2) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
2. Pasanger
Janin dan plasenta
Passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.
Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagian dan dasar panggul. ( Manuaba, 1998 : 160
)

Menghilangkan Nyeri Persalinan

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. nah kontraksi rahim inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan dapat menjalar ke arah paha.
kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim. dengan adanya pembukaan mulut rahim maka akan terjadi persalinan.
rasa nyeri yang ditimbulkan oleh kontraksi rahim ini dapat dikurangi antara lain dengan cara :
- memberi rasa nyaman pada ibu bersalin
- menggunakan teknik pernafasan tertentu
- menggunakan anastesi (pembiusan)
- menggunakan obat-obatan sedativa (penenang)

sekarang mari kita coba bahas satu persatu
- rasa nyaman pada ibu bersalin
seorang ibu yang akan menghadapi persalinan biasanya dihadapi dengan rasa cemas dan takut. bayang-bayang persalinan yang menegangkan dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan ibu. oleh karena itu di sini diperlukan peran dari lingkungan di sekitar ibu baik dukungan dari tenaga medis maupun dari sang suami dan keluarganya
kehadiran suami di sisi ibu ketika menjalani persalinan dapat membantu memberikan rasa nyaman. Dengan dukungan yang diberikan oleh suami ibu akan merasa lebih tenang sehingga akan mengurangi ketegangan yang dialami oleh ibu.
selain itu ibu dapat pula diberikan massage pada punggung. massage pada punggung merupakan therapy untuk mengurangi rasa nyeri pada persalinan

- teknik pernafasan (hypnobreathing)
sekarang sudah banyak diadakan latihan-latihan pernafasan salah satunya yang paling terkenal adalah yoga. latihan pernafasan pada saat kehamilan dapat membantu ibu untuk mengurangi rasa sakit. latihan pernafasan juga bisa didapatkan pada latihan senam hamil.

untuk pemberian anastesi dan obat-obatan saya tidak akan membahas lebih lanjut karena ada ahlinya yang dapat membahas hal ini

yang terpenting adalah pengawasan selama kehamilan (pemeriksaan kehamilan) secara rutin dapat membantu ibu untuk mendapatkan informasi tentang proses persalinan. sehingga ibu tidak perlu khawatir akan proses persalinan yang akan dijalaninya...

Letak Sungsang


Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong)

Pembagian letak sungsang
  1. Letak bokong murni
  2. Letak bokong kaki
  3. Letak lutut
  4. Letak kaki
Letak Bokong Murni
  1. Teraba bokong
  2. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
  3. Kedua kaki bertindak sebagai spalk
Diagnosis
• Pemeriksaan luar
- Kepala janin teraba di fundus uteri
- Bag. Bawah uterus teraba bokong

• Djj setinggi/lebih tinggi > umbilikus
• Ibu merasa kehamilan terasa lain
• Gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah

Jika tidak bisa periksa luar :
• Periksa dalam
– Teraba bokong :
• Sakrum
• 2 Tuber ossis iskii
• Anus
– Teraba kaki : tumit
– Tangan :
• Jari tidak sejajar
• Panjang jari kurang lebih sama dengan telapak tangan

Letak Bokong Kaki Sempurna
• Teraba bokong
• Kedua kaki berada di samping bokong

Letak bokong tak sempurna
• Teraba bokong
• Di samping bokong teraba kaki

Letak kaki
• Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut
• Dapat dibedakan :
letak kaki, bila kaki terendah
letak lutut bila lutut terendah

Penyebab Letak Sungsang
1. Sudut Ibu
a. keadaan rahim
• Rahim arkuatus
• Septum pada rahim
• Uterus dupleks
• Mioma bersama kehamilan

b. keadaan plasenta
• Plasenta letak rendah
• Plasenta praevia

c. Keadaan jalan lahir
• Kesempitan panggul
• Deformitas tulang panggul
• Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala

2. Sudut Janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang
• Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
• Hidrosefalus atau anensefalus
• Kehamilan kembar
• Hidramnion atau oligohidramnion
• Prematuritas

Mekanisme Persalinan
1. Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau miring
2. Putaran paksi dalam (ketika menyentuh dasar panggul )
3. Fleksi lateral badan janin
4. Putaran paksi LUar
5. Putaran Paksi dalam pada Bahu
6. Kepala masuk PAP dengan sutura sagitalis miring/melintang
7. Kepala melakukan putaran paksi dalam
8. Muka memutar ke posterior
9. Oksiput ke arah simpisis

Penatalaksanaan Antenatal
• Waspada thd kasus letak sungsang dimulai sejak kehamilan 24 mg
• Bila pd kehamilan 28-30mg masih didaptkan letak sungsang maka dilakukan USG untuk mencari penyebab kelainan

Prognosa Persalinan
1.Ibu
– Persalinan lama (krn bo/kaki lunak)
– Robekan Cx (bo-kaki lahir O blm masuk)

2.Anak
– Kemacetan persalinan kepala
• Asphyksia, kematian,perdarahan intracranial robekan otot leher, trauma columna vert, kerusakan plek brachialis.
• Kemacetan bahu

- Frakrur humerus

- Kerusakan organ visera
• Persalinan bokong

- Fraktur os femoris

- Paralysa tungkai
Kelahiran kepala janin > 8 menit setelah umbilikus dilahirkan, akan membahayakan janin

Penanganan
• Dalam Kehamilan :
Versi luar (tidak dianjurkan)
- sebaiknya dilakukan pada UK 34-38 mgg
- diagnosis letak janin pasti
- djj dalam keadaan baik
- kontraindikasi :
* panggul sempit * HAP
* Hipertensi * Gemelli
* Plasenta Praevia

VERSI LUAR
Dalam persalinan
• Ada beberapa tindakan :
- Bracht : manual aid & manual hilfe
- klasik
- mueller
- loveset

Pada prinsipnya persalinan letak sungsang lebih baik ditolong dengan menggunakan perasat bracht

1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.
2. Tahap kedua : fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut, fase di mana bayi harus dilahirkan cepat karena talipusat terjepit oleh kepala bayi di pintu atas panggul (batas waktu 8 menit).
3. Tahap ketiga : fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala. Kepala harus dilahirkan lambat untuk menghindari terjadinya perdarahan intrakranial (ruptura tentorium cerebelli) akibat dekompresi yang mendadak.
Teknik: hiperlordosis badan bayi

Keuntungan :
1. tangan penolong tidak masuk jalan lahir, sehingga mengurangi risiko infeksi.
2. mendekati persalinan fisiologik, mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :
1. 5-10% mengalami kegagalan.
2. tidak dilakukan pada panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku (primipara), nuchal arm (lengan menjungkit).

Manual Aid
Indikasi :
1. pertolongan secara Bracht gagal.
2. elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid.

Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan memakai tenaga penolong secara klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie, Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik, atau dengan cunam Piper

a. Teknik cara klasik
• melahirkan bahu dan lengan belakang lebih dahulu
• melahirkan lengan depan yang berada di bawah simfisis.
• bila lengan depan sukar, maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang
• kemudian lengan belakang dilahirkan.

b. Teknik cara Mueller
• melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi
• melahirkan bahu dan lengan belakang.

c. Teknik cara Lovset
• memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik
• lakukan traksi cunam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di bawah simfisis.

Keuntungan :
1. Sederhana dan kegagalan jarang
2. tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga risiko infeksi minimal.
melahirkan kepala yang menyusul (aftercoming head)

Cara Mauriceau-Veit-Smellie
1. Tangan penolong dimasukkan dalam jalan lahir
2. jari tengah dimasukkan dalam mulut
3. jari telunjuk dan jari manis mencekam fossa kanina sedangkan jari lain mencekam leher
4. Badan bayi diletakkan di atas lengan bawah penolong, seperti menunggang kuda.
5. Jari telunjuk dan jari tengah penolong dari lengan yang lain mencekam leher bayi dari arah punggung
6. pertahankan posisi leher dan mencegah terjadinya defleksi atau hiperekstensi kepala.

SYARAT PARTUS PERVAGINAM PADA LETAK SUNGSANG
• janin tidak terlalu besar
• tidak ada suspek CPD
• tidak ada kelainan jalan lahir
• Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

Penyulit yang mungkin terjadi
• SUFOKASI :
ASPIRASI DARAH
LENDIR
• Prolaps tali pusat
• Asfiksia
• Kerusakan Jaringan Otak
• Fraktur pd Tulang2 Bayi
• Cedera flexus brakialis, hematoma otot-otot

Sabtu, 13 Oktober 2012

Kehamilan dengan penyakit gangguan jiwa


Latar Belakang
  1. Kehamilan adalah suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik biologis, psikologis maupun adaptasi
  2. pada wanita. Kehamilan dan nifas kadang-kadang dapat menimbulkan psikosis
  3. Kehamilan peristiwa yang paling rumit
  4. Ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual
  5. Bayang-bayang rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi baik pada diri ibu maupun pada bayinya

Penyebab

  1. Internal
Perubahan tubuh dan hormonal ibu hami

2. Eksternal

- Kehamilan tak diinginkan

- Kehamilan berisiko

- Jarak kehamilan yang terlalu dekat

- Riwayat keguguran

- Riw. Obstetri buruk

Proses kejiwaan dalam kehamilan

Triwulan I

• Cemas

• Takut

• Panik

• gusar

• Benci pada suami

• Menolak kehamilan

• mengidam

Triwulan II

• Kehamilan nyata

• Adaptasi dengan kenyataan :

- perut bertambah besar

- terasa gerakan janin

Triwulan III

• Timbul gejolak baru menghadapi persalinan

• Perasaan bertanggung jawab

golongan ibu yang mungkin merasa takut

• Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang lalu

• Multipara agak berumur

• Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan menakutkan dari teman-teman lain

Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain :

• Gangguan afektif pada kehamilan

• Gangguan bipolar

• Skizofrenia

• Gangguan cemas menyeluruh

• Gangguan panik

• Gangguan obsesif konvulsif

Depresi

suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.

Tanda depresi kehamilan

• Tidak bisa berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan

• Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu

• hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu

• Kondisi ibu mengancam keselamatan janin

Psikosa

• suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality)

Tanda psikosis

• halusinasi

• Sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi psikomotor dan perilaku katatonik.

Pencegahan

• Informasi

• ANC rutin

• Nutrisi

• Penampilan

• Aktivitas

• Relaksasi

• Senam hamil

• Latihan pernafasan

Penanganan

• Konsultasi :

Dokter

Psikolog

Psikiater

Bagi tenaga kesehatan

• Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali tenaga medis harus dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar

• Ajarkan dan berikan latihan-latihan untuk dapat menguasai otot-otot, istirahat dan pernafasan

• Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si wanita

• Hindari komentar suatu kasus dan gelak tawa

The woman about to become a mother, or with her newborn infant upon her bosom, should be the object of trembling care and sympathy wherever she bears her tender burden or stretches her aching limbs… god forbid that any member of the profession to which she trusts her life, doubly precious at the eventful period, should hazard it negligently, unadvisedly, or selffishly