Pages

Kamis, 18 Oktober 2012

4 Penyakit Mata Akibat Sinar Matahari


Berikut ini merupakan 4 penyakit pada mata yang paling sering terjadi akibat pajanan sinar matahari:
• Pinguekula dan Pterigium merupakan tonjolan submukosa konjungtiva yang timbul akibat kerusakan oleh sinar matahari (actinic damage); kedua lesi ini terjadi di daerah konjungtiva yang terpajan sinar matahari (misalnya fisura interpalpebra). Pterigium merupakan pertumbuhan mukosa konjungtiva dan jaringan ikat fibrovaskular yang berasal dari dalam limbus dan bermigrasi ke kornea. Pterigium biasanya tidak mengganggu penglihatan; tindakan reseksi dilakukan atas indikasi iritasi atau alasan kosmetik; namun, dapat terjadi keganasan yang bersifat occult. Pinguekula tidak menginvasi kornea kendati dapat mengganggu penyebaran selaput tipis air mata dan mengakibatkan dehidrasi setempat dengan terbentuknya lekukan pada permukaan kornea (dellen); keadaan ini dapat meradang akibat respon granulomatosa terhadap jaringan kolagen yang rusak oleh sinar matahari.
• Karsinoma sel skuamosa. Neoplasma cenderung terjadi pada limbus dan keadaan ini agaknya berhubungan dengan pajanan sinar matahari. Karsinoma sel skuamosa memiliki korelasi dengan human papillomavirus tipe 16 dan 18; neoplasma ini cenderung mengikuti perjalanan penyakit yang indolen. Pada hakikatnya, karsinoma mukoepidermoid merupakan tumor yang lebih agresif.
• Nevus konjungtiva sering dijumpai dan secara khas bersifat jinak; tumor ini jarang menyerang kornea atau muncul pada forniks. Inflamasi kronik dengan sel-sel eosinofil dapat terjadi pada usia remaja (inflamed juvenile nevus).
• Melanoma konjungtiva terjadi secara unilateral dan secara khas mengenai orang dengan kulit yang cerah dan berusia pertengahan. Sebagian besar tumor ini timbul melalui fase intraepitel yang disebut melanosis ahuisita primer dengan atipia: keadaan ini secara kasar dapat dianalogikan dengan melanoma in situ. Melanoma konjungtiva akan terjadi pada 50% hingga 90% lesi ini dan pertama-tama bermetastasis ke dalam kelenjar parotis atau kelenjar getah bening submandibularis dengan angka mortalitas sebesar 25%. Penanganan yang terbaik adalah melakukan ekstirpasi lesi prekursor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar